Selasa, 13 Mei 2008

Aksi Tugu Rakyat

Senin, 12 Mei 2008
Ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Esekutif Mahasiswa (BEM) se-Indonesia menggelar aksi Tugu Rakyat, dengan melakukan unjuk rasa di depan istana negara. Mereka menuntut Pemerintahan SBY-JK menuntaskan tujuh gugatan rakyat (tugu rakyat). Aksi yang merupakan suatu bentuk apresiasi mahasiswa untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia ini dimulai dengan dilakukannya Long March dari bundaran HI sampai ke Istana negara.

Adapun yang menjadi tuntutan di dalam aksi tersebut adalah:

TUGU RAKYAT (tujuh gugatan rakyat)
1. nasionalisasi aset-aset strategis bangsa.
2. wujudkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi rakyat.
3. tuntaskan kasus BLBI dan korupsi Soeharto beserta kroni-kroninya.
4. kembalikan kedaulatan bangsa pada sektor pangan, ekonomi, dan energi.
5. jamin ketersediaan dan keterjangkauan harga kebutuhan pokok bagi rakyat.
6. tuntaskan reformasi birokrasi dan berantas mafia peradilan
7. selamatkan lingkungan dan tuntaskan kasus lumpur lapindo brantas

Walaupun sempat diwarnai ketegangan, aksi ini berjalan relatif aman. Namun, aksi yang berlangsung mulai pukul 10.00 WIB itu, ternyata belum mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan. SBY-JK yang dituntut untuk keluar istana dan kemudian menandatangani kontrak politik yang tercantum dalam Tujuh Gugatan Rakyat (Tugu Rakyat) tak kunjung menemui mereka karena dikabarkan sedang berada di Surabaya.


Mahasiswa lalu memberikan waktu 1x24 jam bagi SBY-JK untuk menandatangani kontrak politik tersebut. Waktu 1x24 jam ini, terhitung mulai dari 10.00 tadi. "Jika tidak, SBY-JK, tidak berkomitmen pada perbaikan negara Indonesia. Jelas, ini melukai hati nurani rakyat," ujar Koordinator Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI), Budiyanto, saat beristirahat di depan Istana Negara, Senin (12/5).


Sekitar pukul 17.30 WIB, massa aksi wanita (mahasiswi) diarahkan pergerakannya menuju Masjid Istiqlal untuk beristirahat dan solat, dan sekaligus disiapkan untuk dipulangkan. Alasannya, selain untuk keamanan, fisik dan stamina mahasiswi putri lebih lemah. Apalagi, selama aksi hampir sembilan jam ( pukul 09 pagi hingga menjelang 18.00). Sementara itu, sekitar 1.000-1.500 mahasiswa tetap bertahan untuk selanjutnya menginap di kawasan sekitar Monas untuk menunggu keputusan SBY-JK.


Budiyanto mengaku tak takut jika nantinya polisi akan membubarkan mereka. Menurut dia, polisi tidak berhak untuk membubarkan sebuah aksi. "Justru mereka harus mengamankannya. Tapi kalau ditanya apa yang akan kami lakukan jika pada pukul 10.00 besok, SBY tetap tak menandatangani, kita lihat saja nanti," tantangnya.


(dari berbagai sumber)